Makna, Letak, dan Konteks Kata “MAAR” dalam Bahasa Belanda

Tugas Akhir Mata Kuliah MPL (Metode Penelitian Linguistik). Tulisan ini dibuat ketika penulis masih berkuliah di Program Studi Belanda, Fakultas Ilmu pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia.
oleh : Fajar Muhammad Nugraha
dosen : Dr. Lilie Mundalifah Roosman


MAKNA, LETAK, DAN KONTEKS KATA “MAAR”
DALAM BAHASA BELANDA

Latar Belakang
Dalam pembelajaran bahasa, ada banyak hal yang harus diperhatikan supaya tidak terjadi kesalahan-kesalahan dalam penerapannya, baik itu secara lisan maupun tulisan.

Pemahaman arti dan makna suatu kata merupakan hal yang sangat penting jika kita ingin menguasai suatu bahasa, apalagi bahasa asing. Namun pengetahuan tentang pemahaman arti dan makna kata saja tidaklah cukup karena pengetahuan penggunaan (letak), dan di dalam konteks apa saja suatu kata bisa digunakan, serta apa fungsi kata tersebut merupakan hal yang tidak kalah pentingnya dari sekedar pemahaman arti dan makna kata.

Hal inilah yang melatarbelakangi saya dalam penulisan penelitian ini. Saya akan melakukan penelitian terhadap kata “maar” dalam bahasa Belanda yang memiliki arti dan fungsi yang lebih dari satu dan juga menempati tempat-tempat tertentu dalam penggunaannya di dalam suatu kalimat.

Contoh:
Eigenlijk is het niet één netwerk, maar een hele verzameling…
(sebenarnya ini bukan satu jaringan kerja, tetapi suatu kumpulan…)
(0031, Directe toegang tot Nederland(s), Thiememeulenhoff, hlm. 42)

Nee, we verkopen hier alleen maar boeken.
(Tidak, kami hanya menjual buku di sini)
(Foolen, Ad, De betekenis van Partikels, hlm. 156).

Permasalahan
1. Apa perbedaan antara “maar” sebagai konungsi dengan “maar” sebagai adverbia jika dilihat dari posisinya di dalam sebuah kalimat?
2. Apa makna “maar” sebagai kata hubung dan sebagai adverbia?
Apakah makna “maar” sebagai adverbia mengurangi formalitas sebuah kalimat?

Tujuan
Tujuan dari penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk memaparkan perbedaan antara “maar” sebagai konjungsi dengan “maar” sebagai adverbia melalui posisinya di dalam sebuah kalimat.
2. Untuk memaparkan makna “maar” sebagai konjungsi dan adverbia.
3. Untuk menguji pengaruh informalitas penggunaan “maar” sebagai adverbia di dalam sebuah kalimat.

Batasan Masalah
Karena penelitian ini akan membahas kata “maar”, yang merupakan bagian dari nevenschikkende voegwoorden (kata hubung setara), dan juga merupakan bagian dari bijwoorden (adverbia), maka penelitian ini tidak akan membahas voegwoorden (kata hubung) dan bijwoorden secara menyeluruh, namun hanya membahas voegwoorden dan bijwoorden yang berhubungan dengan kata “maar” itu sendiri.

Latar Belakang Teori
Lazimnya dalam bahasa Belanda, kata “maar” mempunyai arti harafiah dalam bahasa Indonesia “tetapi”,“tapi”, dan "namun".

Contoh: Hij is niet netjes, maar hij is slim.
(dia tidak rapih, tetapi dia pintar).

Kata yang bermakna “tetapi” dan "namun" ini termasuk ke dalam kelompok kelas kata konjungsi yang berfungsi sebagai penghubung kalimat dan memberikan makna pertentangan. Namun tidak hanya itu, kata “maar” juga bisa digunakan sebagai adverbia pada kalimat bahasa Belanda. Pada umumnya, “maar” sebagai adverbia mempunyai arti “hanya” atau “saja” atau “cuma”.

Contoh: Dat boek kost alleen maar € 5.
(harga buku itu hanya € 5).

Bijwoorden adalah nama lain dari adverbia dalam bahasa Belanda. Adverbia berasal dari bahasa latin, yaitu ad (menyertai) dan verbum (kata kerja). Jadi, adverbia adalah kata sifat yang memodifikasi kata kerja. Adverbia menunjukkan pengaruh, keadaan, dan kejadian yang mendapat tekanan dari kata kerja. (http://id.wikipedia.org/wiki/Adverbium)

Berdasarkan ciri dari adverbia yang berpengaruh terhadap kata kerja, maka adverbia (bijwoorden) dapat dibagi menjadi beberapa kelompok, yaitu: bijwoorden van modaliteit, bijwoorden van causaliteit, bijwoorden van tijd, bijwoorden van hoedanigheid, bijwoorden van plaats, dan lain-lain. (http://oase.uci.ru.nl/~ans/)

Contoh:
Gaat u zelf maar na.
(Anda selidiki saja sendiri)
(http://www.onzetaal.nl/advies/search=context?query=maar)

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan:
Semantik ; pada penelitian ini saya akan membahas makna kata “maar”, baik sebagai konjungsi maupun sebagai adverbia.

Dilihat dari sub bidang semantik, kata “maar” yang memiliki dua fungsi tersebut termasuk ke dalam kelompok homonim, yaitu kata yang memiliki tulisan dan pengucapan yang sama namun memiliki arti yang berbeda.

Contoh:
“maar” sebagai konjungsi:

Hij is niet netjes, maar hij is slim.
(dia tidak rapih, tetapi dia pintar).
(http://www.onzetaal.nl/advies/search=context?query=maar)

Dibaca /mar/, yaitu diucapkan dengan bunyi vokal “a” yang panjang
Arti: tetapi, tapi, atau namun.

“maar” sebagai adverbia:

Dat boek kost alleen maar € 5.
(harga buku itu hanya € 5).
(http://www.onzetaal.nl/advies/search=context?query=maar)

Dibaca /mar/, yaitu diucapkan dengan bunyi vokal “a” yang panjang
Arti: hanya, saja, atau Cuma.

Melalui pendekatan semantik, ternyata kata “maar” tergabung ke dalam kelompok homonim yang masing-masingnya memiliki arti yang berbeda. Namun jika ditelusuri pengucapannya, ternyata baik “maar” sebagai konjungsi maupun adverbia mempunyai kesamaan dalam hal pengucapannya.

Selain itu, penggunaan kata “maar” di dalam sebuah kalimat juga memberikan makna negasi (pengingkaran), lebih tepatnya disebut niet direkte negatie (negasi yang tidak langsung) (Foolen, Ad, De Betekenis van Partikels).

Contoh:
Ik wilde gaan wandelen, maar het regende
(saya kemarin mau jalan-jalan, tetapi turun hujan)
(Foolen, Ad, De betekenis van Partikels, hlm.116)

Dari contoh di atas dapat dilihat pengingkaran secara tidak langsung yang muncul akibat penggunaan konjungsi “maar”. Pada awalnya “ik” telah berencana untuk pergi jalan-jalan, tetapi akhirnya “ik” tidak jadi pergi jalan-jalan karena ketika “ik” akan melaksanakan rencananya (rencana untuk jalan-jalan), hujan turun, dan lazimnya kennis van de wereld (pengetahuan) orang pada umumnya adalah bahwa orang hanya pergi jalan-jalan ketika cuaca cerah, tidak ketika turun hujan.

Sintaksis ; pada penelitian ini saya juga akan membahas posisi kata “maar” dalam penggunannya pada sebuah frasa, kalimat, paragraf, atau wacana yang bisa ditelusuri melalui pendekatan sintaksis.

Secara sintaksis, konjungsi didefinisikan sebagai kata yang berfungsi menghubungkan dua atau lebih frasa, kalimat, paragraf, atau wacana pada suatu bahasa. Hal ini berarti posisi “maar” dalam suatu kalimat berada di antara elemen yang akan dipertentangkan. Dalam bahasa Belanda, kata-kata konjungsi dapat dikelompokkan ke dalam nevenschikkende voegwoorden (kata hubung setara) dan onderschikkende voegwoorden (kata hubung bertingkat).
(http://oase.uci.ru.nl/~ans/)

Nevenschikkende voegwoorden adalah kata yang menghubungkan elemen-elemen bahasa yang bersifat setara. Nevenschikkende voegwoorden terbagi ke dalam empat kelompok, yaitu: aaneenschakkelende voegwoorden (kata yang menghubungkan rangkaian), tegenstellende voegwoorden (kata yang menghubungkan pertentangan), causaliteit aanduidende voegwoorden (kata yang mengungkapkan sebab), dan gevolgaanduidende voegwoorden (kata yang mengungkapkan akibat).

Aaneenschakkelend : en, noch, alsmede, alsook
Tegenstellend : maar, doch, of, ofwel, dan wel, dan
Causaliteit aanduidend : want
Gevolgaanduidend : dus
(http://oase.uci.ru.nl/~ans/)

Contoh:
Ik kan niet alles, maar wel heel veel volgen in een gesprek tussen Nederlanders.
(saya tidak bisa semuanya, tetapi sering mengikuti percakapan antara orang Belanda)
(0031, Directe toegang tot Nederland (s), Thiememeulenhoff, hlm. 3)

Biasanya “maar” sebagai konjungsi terletak di awal elemen yang akan dijadikan pertentangan dari elemen sebelumnya.

Contoh:
Ik kan niet alles, maar wel heel veel volgen in een gesprek tussen Nederlanders.
(saya tidak bisa semuanya, tetapi sering mengikuti percakapan antara orang Belanda)
(0031, Directe toegang tot Nederland (s), Thiememeulenhoff, hlm. 3)

...Ik moet mijn huiswerk doen, maar ik had geen zin.
(…saya harus mengerjakan pekerjaan rumah saya, tetapi waktu itu saya tidak berminat)
(0031, Directe toegang tot Nederland (s), Thiememeulenhoff, hlm. 6)

Dari dua contoh di atas dapat dilihat bahwa posisi “maar” sebagai konjungsi selalu berada di awal elemen yang akan dijadikan pertentangan dari elemen sebelumnya.

Jenis Penelitian
Deskriptif-teoretis:
Peneliti menerangkan fungsi, konteks, letak kata “maar” pada kalimat bahasa Belanda dan sekaligus menjelaskan makna yang terkandung di dalamnya. Pada penelitian ini peneliti memberikan gambaran perbandingan fungsi, konteks, letak dan makna kata “maar”, baik “maar” sebagai konjungsi maupun sebagai adverbia. Beberapa korpus data tentang penggunaan kata “maar” akan digunakan sebagai gambaran dan bahan perbandingan dari makna kata “maar “ sebagai konjungsi dan “maar” sebagai adverbia.

Pada “maar” sebagai konjungsi, peneliti juga akan memberikan gambaran apa saja yang bisa dipertentangkan dengan menggunakan “maar”, apakah peretentangan antar frasa, antar kalimat, antar paragraf, atau pertentangan antar wacana.

Metode Penelitian
Pengumpulan Data Penelitian
Penelitian ini merupakan kombinasi dari penelitian primer dan sekunder, karena peneliti tidak hanya menggunakan data-data yang berasal dari buku-buku yang menjadi latar belakang teori pada penelitian ini, akan tetapi peneliti juga akan menggunakan hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan oleh para peneliti sebelumnya sebagai data. Penelitian ini menggunakan teknik studi kepustakaan dalam perolehan data-data dan korpus datanya.

Sampel Penelitian
Sebagian besar data dan korpus data yang saya tampilkan pada penelitian ini berasal dari internet, khususnya situs http://www.onzetaal.nl/advies/search=context?query=maar dan http://oase.uci.ru.nl/~ans/ karena saya beranggapan bahwa data-data yang terdapat di internet lebih up to date. Namun tidak hanya itu, beberapa korpus data juga saya ambil dari buku 0031 terbitan ThiemeMeulenhoff dan buku De Betekenis van Partikels terbitan Ad Foolen karena buku itu memuat banyak artikel berbahasa Belanda, sehingga saya mempunyai peluang yang lebih besar untuk menemukan berbagai macam penggunaan “maar” dengan makna yang berbeda.

Teknik pemilihan korpus data saya lakukan secara acak, sehingga saya bisa mengetahui berbagai macam bentuk penggunaan kata “maar” beserta maknanya. Jumlah korpus data yang saya ambil juga tidak saya batasi dengan harapan bisa menemukan berbagai macam bentuk penggunaan kata “maar” beserta maknanya.

Teknis Analisis Data
Penelitian ini dilakukan dengan teknik kualitatif, karena peneliti tidak membahas frekuensi kemunculan “maar” di dalam sebuah kalimat atau di dalam sebuah wacana, tetapi membahas penggunaan (letak), makna, dan kelas kata “maar” pada kalimat bahasa Belanda.

Korpus Data
Kata “maar” sebagai konjungsi:
Je kunt zeggen “mijn broer staat verderop ”, maar niet “mijn broer staat verderop mijn zus”
(Kamu bisa berkata “abang saya berdiri jauh”, tetapi tidak “abang saya berdiri jauh kakak saya”)
(http://www.onzetaal.nl/advies/search=context?query=maar)
De combinatie twintig jaren is wel mogelijk, maar alleen in bepaalde contexten.
(Kombinasi 20 tahun memang memungkinkan, tetapi hanya pada konteks-konteks tertentu.)
(http://www.onzetaal.nl/advies/search=context?query=maar)
Beide woorden zijn juist, maar vandal is veel gebruikelijker.
(Kedua kata itu benar, tetapi vandal lebih sering digunakan.)
(http://www.onzetaal.nl/advies/search=context?query=maar)
Ja, zeggen taalkundigen. Maar in de praktijk adviseren we toch groter dan te schrijven…
(Ya, kata para ahli bahasa. Tetapi pada praktiknya kita menyarankan lebih daripada menuliskan…)
(http://www.onzetaal.nl/advies/search=context?query=maar)
Ja, ik heb ideeёn in mijn hoofd maar het duurt een lange tijd om alles te verzamelen…
(Ya, saya mempunyai ide-ide di kepala tetapi butuh waktu yang lama untuk menggabungkannya…)
(0031, Directe toegang tot Nederland (s), Thiememeulenhoff, hlm. 3)
Ik kan niet alles, maar wel heel veel volgen in een gesprek tussen Nederlanders. Maar om op iets te reageren en iets te vertellen in gesprek…
(Saya tidak bisa semuanya, tetapi memang sering mengikuti pembicaraan antara orang-orang Belanda. Tetapi untuk menanggapi dan menjelaskan di dalam percakapan…)
(0031, Directe toegang tot Nederland (s), Thiememeulenhoff, hlm. 3)
(P.3) …De avondmens kan eindelijk eens `s nachts aan de slag gaan en `s ochtends uitslapen.
(P.4) …Maar er is meer. …
{(P.3) …Orang yang aktif di malam hari akhirnya bisa beraktifitas di malam hari dan tidur pulas di pagi harinya}
{(P.4) … Tetapi ada lagi…}
(0031, Directe toegang tot Nederland (s), Thiememeulenhoff, hlm. 46)
Veel gespin/geschreeuw maar weinig wol.
(Banyak dipintal tetapi sedikit wol.)
(http://www.onzetaal.nl/advies/search=context?query=maar)
Vertederd draaien we een blik ‘met echt konijn’ voor ze open. Heel partijdig. Maar we zijn nu eenmaal niet als scheidsrechter aangesteld.
(Dengan lembut kita membukakan sebuah kaleng dengan “kelinci sebenarnya” untuk mereka. Sangat tidak adil. Tetapi kita sekalipun tidak pernah bersikap adil.)
(0031, Directe toegang tot Nederland (s), Thiememeulenhoff, hlm. 125)
Wilde zwijnen zijn in principe niet gevaarlijk, maar ze moeten niet worden geprovoceerd.
(Babi liar pada prinsipnya tidak berbahaya, tetapi mereka tidak boleh terganggu.)
(0031, Directe toegang tot Nederland (s), Thiememeulenhoff, hlm. 125)

-Kata “maar” sebagai adverbia:
Gaat u zelf maar na.
(Anda selidiki saja sendiri.)
(http://www.onzetaal.nl/advies/search=context?query=maar)
Blijft u maar liggen.
(Anda berbaring saja.)
(http://www.onzetaal.nl/advies/search=context?query=maar)
Meldt u zelf maar bij de portier.
(Anda laporkan saja sendiri kepada penjaga pintu.)
(http://www.onzetaal.nl/advies/search=context?query=maar)
Kom maar binnen.
(Silahkjan masuk.)
(http://www.onzetaal.nl/advies/search=context?query=maar)
Denk maar aan uitspreken als “Dat geintje kostte me honderd ballen”
(Coba pikirkan tentang pengucapan seperti “Lelucon itu mengahabiskan saya ratusan bola”)
(http://www.onzetaal.nl/advies/search=context?query=maar)
Je moet maar langs komen.
(Kamu harus singgah.)
(Vismans, Roel, “Modals Particles in Dutch Directives: A Study in Functional Grammar”)
Nee, we verkopen hier alleen maar boeken.
(Tidak, kami hanya menjual buku di sini.)
(Foolen, Ad, De betekenis van Partikels, hlm. 156)
…, als ik maar vlug weer buiten sta.
(…,seandainya saja saya cepat-cepat berdiri di luar.)
(0031, Directe toegang tot Nederland (s), Thiememeulenhoff, hlm. 51)
Ik heb alleen maar een broer, geen zusters.
(Saya hanya mempunyai saudara laki-laki, bukan saudara perempuan.)
(Foolen, Ad, De betekenis van Partikels, hlm. 149)
Jan is maar medewerker.
(Jan hanyalah seorang pegawai.)
(Foolen, Ad, De betekenis van Partikels, hlm. 150)

Contoh Analisis
1. Sub bidang semantik
*“maar” sebagai konjungsi
Dibaca /mar/, yaitu diucapkan dengan bunyi vokal “a” yang panjang
Arti: tetapi, tapi, atau namun.

Contoh: Ik kan niet alles, maar wel heel veel volgen in een gesprek tussen Nederlanders.
(0031, Directe toegang tot Nederland (s), Thiememeulenhoff, hlm. 3)
(saya tidak bisa semuanya, tetapi sering mengikuti percakapan antara orang Belanda)

*“maar” sebagai adverbia
Dibaca /mar/, yaitu diucapkan dengan bunyi vokal “a” yang panjang
Arti: hanya, saja, atau cuma.

Contoh: Gaat u zelf maar na.
(http://www.onzetaal.nl/advies/search=context?query=maar)
(Anda selidiki saja sendiri.)

Baik “maar” sebagai konjungsi maupun sebagai adverbia memliki pengucapan yang sama, yaitu dengan vokal “a” panjang, tetapi kedua jenis kata ini memiliki arti yang berbeda. Maka dari itu, kata “maar” termasuk ke dalam kelompok homonim.

2. Sub bidang sintaksis
Ik kan niet alles, maar wel heel veel volgen in een gesprek tussen Nederlanders.
(0031, Directe toegang tot Nederland (s), Thiememeulenhoff, hlm. 3)
(saya tidak bisa semuanya, tetapi sering mengikuti percakapan antara orang Belanda)

...Ik moet mijn huiswerk doen, maar ik had geen zin.
(0031, Directe toegang tot Nederland (s), Thiememeulenhoff, hlm. 6)
(…saya harus mengerjakan pekerjaan rumah saya, tetapi waktu itu saya tidak berminat)

Dari analisa ini dapat dilihat bahwa kata “maar” yang berfungsi sebagai konjungsi memiliki arti “tetapi” atau "namun" dan selalu terletak di awal elemen bahasa yang akan dijadikan pertentangan dari elemen sebelumnya. Selain itu, “maar” sebagai konjungsi tidak hanya digunakan untuk pertentangan antar kalimat, tetapi juga bisa digunakan untuk mempertentangkan frasa dengan frasa, kalimat dengan frasa, dan pargraf dengan paragraf.

Contoh:
-Pertentangan kalimat-kalimat
Als mensen snel praten, begrijp ik ze niet zo goed. Maar als het een beetje langzamer en duidelijker gaat, kan ik het begrijpen.
(0031, Directe toegang tot Nederland (s), Thiememeulenhoff, hlm. 4)
(Jika orang-orang berbicara cepat, saya tidak bisa memahaminya dengan baik. Namun jika mereka berbicara agak lambat dan lebih jelas, saya bisa memahaminya)

-Pertentangan kalimat-frasa
De combinatie twintig jaren is wel mogelijk, maar alleen in bepaalde contexten.
(http://www.onzetaal.nl/advies/search=context?query=maar)
(Kombinasi 20 tahun memang memungkinkan, tetapi hanya dalam konteks-konteks tertentu)

-Pertentangan frasa-frasa
Veel gespin/geschreeuw maar weinig wol.
(http://www.onzetaal.nl/advies/search=context?query=maar)
(Banyak dipintal tetapi sedikit wol)

-Pertentangan paragraf-paragraf
(P.3) …De avondmens kan eindelijk eens `s nachts aan de slag gaan en `s ochtends uitslapen.
(P.4)Maar er is meer. …
(0031, Directe toegang tot Nederland (s), Thiememeulenhoff, hlm. 46)
{(P.3) …Orang yang aktif di malam hari akhirnya bisa beraktifitas di malam hari dan tidur pulas di pagi harinya}
{(P.4) … Tetapi ada lagi…}

Simpulan Sementara
Kata “maar” pada bahasa Belanda memiliki dua fungsi. Fungsi yang pertama adalah sebagai konjungsi dan fungsi yang kedua adalah sebagai adverbia, yaitu kata yang menyertai kata kerja.

Secara sintaksis, di dalam penggunaannya sebagai konjungsi pada sebuah kalimat, kata “maar” terletak pada bagian awal kalimat yang akan dipertentangkan. “Maar” tidak hanya mempertentangkan suatu kalimat dengan kalimat sebelumnya, tetapi kata “maar” juga bisa mempertentangkan frasa, kata, paragraf, dan wacana. Dalam hal ini, kata “maar” merupakan bagian dari tegenstellend voegwoord, yaitu kata hubung yang memberikan makna pertentangan antara suatu elemen bahasa dengan elemen sebelumnya.

Berbeda dengan fungsinya sebagai voegwoord, “maar” sebagai adverbia tidak memberikan makna pertentangan dalam penggunaannya, tapi “maar” sebagai adverbia hanya memberikan penekanan nuansa makna yang berbeda.

Contoh:
(1) Nee, we verkopen hier alleen boeken.
(Tidak, kami hanya menjual buku di sini)
(2) Nee, we verkopen hier alleen maar boeken.
(Tidak, kami hanya menjual buku di sini)

Kedua pernyataan di atas sebenarnya memiliki makna yang sama, tetapi pernyataan (1) memiliki nuansa yang lebih formal jika dibandingkan dengan pernyataan (2) (Foolen, Ad, De betekenis van Partikels, hlm. 156). Selain itu, “maar” juga merupakan kata yang homofon, yaitu kata yang memiliki penulisan dan pengucapan yang sama namun memiliki arti yang berbeda.

Kata “maar” sebagai konjungsi secara tidak langsung juga memberikan makna negasi/pengingkaran (niet direkte negatie)

contoh:
-Gisteren wilde ik boodscappen gaan doen, maar het regende hard
(Kemarin saya ingin berbelanja, tetapi tidak jadi karena turun hujan deras)

Sebenarnya “ik” sudah berencana untuk berbelanja, tetapi dengan penggunaan kata “maar” yang diikuti dengan keterangan bahwa kemarin turun hujan deras, maka secara implisit muncul makna pengingkaran bahwa “ik” tidak jadi berbelanja karena ketika “ik” akan pergi berbelanja, huajn turun dengan derasnya.

Jadi jika dilihat secara semantik, maka kata “maar” termasuk ke dalam kelompok homonim, yaitu kata yang penulisan dan pengucapannya sama, namun memiliki arti yang berbeda satu sama lain, yaitu “maar” yang berarti “tetapi” (“maar” sebagai konjungsi) dan “maar” yang memiliki arti “hanya”/ “cuma”/”saja” (“maar” sebagai adverbia).

Labels: , , , ,

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home


Yellowlightdistrict © 2007-2009 | Template by ilhamsaibi | Modified by nederindo