“Gaya Bahasa Yang Paling Banyak Digunakan Pada Kemasan Sabun Cuci”

Tugas Akhir Mata Kuliah SEMANTIK. Tulisan ini dibuat ketika penulis masih berkuliah di Program Studi Belanda, Fakultas Ilmu pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia.
oleh : Fajar Muhammad Nugraha
dosen : Andrea Pradsna Paramita Djarwo, M.A.


“Gaya Bahasa Yang Paling Banyak
Digunakan Pada Kemasan Sabun Cuci”



Latar Belakang
Pada saat ini semakin banyak tawaran berbagai macam produk kepada kita. Sebagai calon konsumen tentunya hal ini menjadi masalah buat kita, kita dibuat bingung oleh perusahaan-perusahaan produksi dan perusahan-perusahaan penyalur berbagai macam produk itu, sebenarnya produk mana yang cocok dengan kebutuhan kita?, dan saat-saat seperti ini juga bisa menjadi ajang bagi perusahaan-perusahaan untuk menunjukkan kualitas mereka, baik itu kualitas barang yamg mereka produksi maupun kualitas copy writer-nya dalam mempengaruhi calon konsumen untuk membeli dan memakai produk yang mereka tawarkan.

Keadaan seperti ini merupakan keadaan yang sangat menguntungkan bagi perusahaan-perusahaan produksi dan perusahaan-perusahaan penyalur suatu produk, karena ketika konsumen “bingung” produk mana yang akan dibeli, maka di saat inilah para perusahaan itu berlomba-lomba membuat promosi produk-produk mereka. Media promosi suatu produk itu bermacam-macam, bisa melalui iklan audio visual (iklan televisi dan internet), iklan visual (iklan radio), iklan-iklan pada media cetak, iklan spanduk, dan iklan pada kemasan produk itu sendiri.
Dalam hal ini, apapun media yang digunakan untuk berpromosi, gaya bahasa akan sangat diperhatikan oleh perusahaan yang akan memasang iklan produknya, karena gaya bahasa mempunyai efek yang sangat kuat untuk mempengaruhi calon konsumen membuat keputusan produk sejenis dari merk mana yang akan dibeli. Jadi, atas latar belakang inilah saya merasa tertarik untuk membahas gaya bahasa yang digunakan perusahaan-perusahaan dalam menarik minat calon konsumennya untuk membeli produk yang mereka tawarkan.

Makalah ini akan membahas gaya bahasa yang digunakan perusahaan-perusahaan sabun cuci pada kemasan produknya, karena saya melihat semakin bertambahnya jumlah merk sabun cuci saat ini, sehingga “perang slogan” antar perusahaan dengan menggunakan gaya bahasa tertentu merupakan hal yang sangat menarik untuk diteliti.

Permasalahan
Adapun permasalahan yang akan saya bahas pada makalah ini adalah:
1. Gaya bahasa apa yang paling banyak digunakan oleh perusahaan-perusahaan sabun cuci pada kemasan produknya?
2. Mengapa perusahaan-perusahaan sabun cuci itu menggunakan gaya bahasa tersebut pada kemasannya?

Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
Menentukan gaya bahasa apa yang paling banyak digunakan perusahaan-perusahaan sabun cuci pada kemasan produknya.
Menentukan alasan mengapa perusahaan-perusahaan sabun cuci menggunakan gaya bahasa tersebut pada kemasan produknya.

Batasan Masalah
Masalah yang akan dibahas pada makalah ini hanyalah gaya bahasa di setiap kemasan sabun cuci yang saya jadikan sampel penelitian. Pengaruh harga dan desain kemasan tidak akan dibahas pada makalah ini.

Sampel Penelitian
Pada penelitian ini saya menggunakan lima sampel produk sabun cuci dari tiga perusahaan yang berbeda, yaitu:

Rinso Anti Noda : Perusahaan Unilever
So Klin Power : Perusahaan Wings
Attack Clean Maximizer : Perusahaan Kao
Attack plus Softener : Perusahaan Kao
Daia Daya Cuci Extra : Perusahaan Wings

Urutan sampel penelitian di atas disesuaikan dengan produk mana yang lebih dahulu beredar di masyarakat.

Saya sengaja menggunakan sampel penelian tersebut di atas, karena empat produk di atas, kecuali Daia merupakan produk sabun cuci yang sudah lama berada di pasaran dan sudah memiliki banyak konsumen.

Analisa
Gaya bahasa yang digunakan pada kemasan produk sampel penelitian di atas adalah:

Rinso Anti Noda : “Membersihkan paling bersih”
So Klin Power : “Bersih sempurna”
Attack Clean Maximizer : “Hanya 1 sendok untuk kebersihan sesungguhnya”
Attack plus Softener : “Hanya 1 sachet untuk kebersihan dan kelembutandalam 1 langkah”
Daia Daya Cuci Extra : “Pakai Daia nggak mau yang lain!”

Dari contoh-contoh gaya bahasa di atas sangat terlihat jelas bahwa ternyata gaya bahasa pada kemasan sabun cuci yang masih sering digunakan oleh beberapa perusahaan sabun cuci adalah gaya bahasa hiperbola, yaitu gaya bahasa yang mengungkapkan sesuatu secara berlebih-lebihan.

Mari kita lihat pembahasannya satu per satu. Unilever dengan produknya Rinso Anti Noda menggunakan slogan “membersihkan paling bersih”. Slogan ini sangat kuat nuansa hiperbolanya dengan penggunaan kata “paling”, jadi slogan ini bermakna “tidak ada sabun cuci lain yang bisa membersihkan cucian, kecuali menggunakan Rinso Anti Noda.

Tidak berbeda dengan Unilever, Wings juga menggunakan gaya bahasa hiperbola pada kemasan produk sabun cucinya, nuansa hiperbola ini muncul dengan penggunaan kata “sempurna”. Kata “sempurna” pada kemasan sabun cuci So Klin ini bermakna tidak ada sabun cuci lain yang bisa membersihkan cucian kecuali So Klin.

Kao dengan Attack Clean Maximizer dan Attack plus Softener nya menggunakan kata “hanya” untuk menarik hati calon konsumennya. Dengan penggunaan kata “hanya” pada kemasan produknya, Kao secara implisit menawarkan sisi ekonomis produknya. Pada produk Attack Clean Maximizer, tidak hanya kata “hanya” yang memperkuat nuansa hiperbolanya, tetapi penambahan kata “sesungguhnya” juga memperkuat nuansa hiperbola pada kemasan produk ini, karena selain penghematan (sisi ekonomis dengan hanya menggunakan satu sendok), Attack Clean Maximizer juga mampu membersihkan cucian dengan hasil yang sangat memuaskan (hal ini terlukiskan pada frasa “kebersihan sesungguhnya”). Jadi penggunaan gaya bahasa hiperbola oleh Kao pada kemasan sabun cuci Attack bertujuan untuk menyampaikan pesan ekonomis (penghematan) dan pesan kesempurnaan hasil pencucian.

Sampel produk yang terakhir adalah Daia dari perusahaan Wings. Wings juga menggunakan gaya bahasa hiperbola pada kemasan produk sabun cucinya yang bermerk Daia. Frasa “nggak mau yang lain” merupakan kunci utama kemunculan makna hiperbola pada kemasan produk ini. Berbeda dengan gaya bahasa hiperbola produk-produk sampel sebelumnya yang hanya menawarkan janji-janji kesempurnaan hasil cucian dan keekonomisan produk kepada calon konsumennya, Wings tidak melakukannya. Namun wings mencoba “menyetir” pemikiran calon konsumennya (mencoba memanipulasi pemikiran calon konsumennya).

Pada slogan “Pakai Daia nggak mau yang lain!” terlihat jelas bahwa produsen Daia mencoba “menyetir” pemikiran calon konsumennya untuk tidak mencoba produk sejenis lainnya, namun hanya menggunakan produk Daia. Tentunya hal ini tidak begitu saja muncul, tetapi dengan menggunakan slogan itu, secara tidak langsung konsumen akan berpikir “apa yang menyebabkan saya tidak mau mencoba produk sejenis lainnya?”. Dengan kata lain, manipulasi pikiran ini secara tersirat mencoba melakukan pembentukan opini publik bahwa “pasti ada sesuatu yang membuat kita (para konsumen) tidak mau mencoba produk sejenis lainnya!”. Opini inilah yang diinginkan oleh produsen Daia, karena calon konsumen akan berpikir bahwa “tentunya Daia memiliki kualitas yang sangat bagus sehingga ia (Daia) berani menjamin kita (calon konsumennya) untuk tidak mencoba produk sejenis lainnya.

Alasan Penggunaan Gaya Bahasa Hiperbola
Jika ditelusuri mengapa perusahaan sabun cuci lebih suka menggunakan gaya bahasa hiperbola pada kemasan produknya, ternyata hal ini disebabkan oleh nuansa yang ditimbulkan oleh gaya bahasa hiperbola tersebut. Gaya bahasa hiperbola pada kemasan sabun cuci tidak hanya menimbulkan kesan “wah” dari suatu produk sabun cuci tertentu, namun lebih dari itu, gaya bahasa hiperbola ini bisa memanipulasi pikiran calon konsumen untuk tidak menggunakan produk sejenis lainnya dan bisa memberikan perasaan nyaman dan puas konsumen.

Rinso Anti Noda menggunakan slogan “membersihkan paling bersih”. Jelas terlihat pada slogan ini bahwa Rinso Anti Noda memberikan jaminan kepada calon konsumennya bahwa jika anda mencuci dengan rinso anda akan mendapatkan hasil yang sangat memuaskan. Penggunaan slogan ini tentunya akan memberikan kenyamanan dan kepuasan kepada calon konsumennya, karena produk ini memang sangat cocok digunakan untuk mencuci.

So Klin power menggunakan slogan “bersih sempurna”. Tidak jauh berbeda dengan Rinso, So Klin juga memberikan perasaan nyaman dan puas kepada calon konsumennya dengan menjajikan hasil pencucian yang paling sempurna. Namun slogan yang digunakan So Klin ini saya rasa lebih besar efeknya daripada slogan yang digunakan oleh Rinso, karena slogan “bersih sempurna” maknanya bisa lebih luas dari slogan “mencuci paling bersih”. “Mencuci paling bersih” hanya menjanjikan hasil pencucian yang bersih, namun slogan “bersih sempurna” bisa diinterpretasikan tidak hanya pakaian bersih yang akan diperoleh jika dicuci dengan So klin, namun bisa juga keharuman dan kelembutan pakaian yang akan didapat jika pakaian dicuci menggunakan So Klin, karena kesempurnaan hasil cucian tidaklah hanya bersih tetapi juga wangi dan lembut.

Attack Clean Maximizer menggunakan slogan “Hanya 1 sendok untuk kebersihan sesungguhnya”. Slogan ini juga memberikan kesan yang lebih mendalam daripada slogan yang digunakan oleh Rinso Anti Noda. Attack tidak hanya menjanjikan kebersihan tetapi lebih daripada itu, Attack juga menawarkan sisi hemat dari penggunaan produknya. Hal ini tentu saja sangat berpengaruh terhadap calon konsumennya, apalagi calon konsumen yang berada di Indonesia.

Situasi ekonomi Indonesia yang sedang tidak stabil menyebabkan penduduknya harus bisa berhemat dalam segala hal karena harga semua kebutuhan hidup menjadi mahal. Attack menggunakan isu ekonomi yang tidak stabil ini sebagai latar belakang pembuatan slogannya. Bersih tentu saja tujuan utama dari sebuah pencucian, namun “satu sendok untuk kebersihan sesungguhnya” lebih dilatarbelakangi oleh keadaan ekonomi calon konsumen, karena hanya dengan menggunakan satu sendok bubuk deterjen untuk pencucian, cucian bisa bersih, dan ini berarti penggunaan sabun ini sangatlah hemat dan memberikan hasil yang sangat memuaskan.

Tidak jauh berbeda dengan produk sebelumnya, produk Attack plus Softener juga menjadikan isu penghematan sebagai tujuan dari penggunaan slogannya. Slogan yang digunakan adalah “Hanya 1 sachet untuk kebersihan dan kelembutan dalam 1langkah”. Slogan ini juga memberikan jaminan hemat kepada calon konsumennya, namun ada sedikit perbedaan, yaitu penggunaan frasa “dalam 1 langkah”. Selain menjanjikan penghematan, penggunaan frasa “dalam 1 langkah” juga menjanjikan kemudahan bagi para calon konsumennya, karena dengan menggunakan produk Attack plus Softener pakaian tidak hanya bersih, tetapi juga menjadi lembut. Dengan kata lain calon konsumen tidak lagi harus merendam cuciaanya dengan pelembut setelah pencucian, hal ini tentu saja memberikan keuntungan ganda kepada penggunanya, yaitu hemat dan mudah.

Sampel terakhir adalah Daia dengan slogannya “Pakai Daia nggak mau yang lain!”. Berbeda dengan produk-produk sebelumnya, Daia tidak menonjolkan janji-janji kesempurnaan hasil pencucian dan penghematan jika menggunakan produk ini. Efek yang menjadi tujuan utama dari penggunaan gaya bahasa hiperbola pada produk kemasan Daia adalah manipulasi pikiran calon konsumen bahwa Daia adalah satu-satunya produk yang paling tepat digunakan untuk mencuci pakaian. Dari pemikiran calon konsumen yang terlahir dari hasil manipulasi ini akan muncul lagi reaksi yang lain, yaitu pertanyaan-pertanyaan calon konsumen tersebut hal apa yang menyebabkan Daia berani mengeluarkan pernyataan seperti pada slogan itu. Apakah Daia mencuci lebih bersih dari produk sejenis lainnya? Apakah Daia lebih lembut di tangan saat melakukan pencucian? Apakah Daia menjadikan cucian wangi dan lembut? Apakah penggunaan Daia cukup hemat? Pertanyaan-pertanyaan seperti inilah yang nantinya akan muncul di kepala para calon konsumennya. Jadi tujuan utama Daia menggunakan gaya bahasa hiperbola pada kemasan produknya adalah untuk memanipulasi pikiran calon konsumen sehingga menimbulkan pertanyaan-pertanyaan yang nantinya akan memunculkan perasaan ingin tahu calon konsumen dan ingin mencoba menggunakan produknya.

Dari analisa di atas terlihat bahwa tiap-tiap perusahaan mempunyai tujuan yang sama dalam penggunaan gaya bahasa hiperbola pada kemasan produknya, yaitu supaya para calon konsumen mau menggunakan produk atau sekurang-kurangnya mencoba menggunakan produk dari perusahan masing-masing. Namun dalam pencapaian keputusan calon konsumen untuk membeli produk mereka, setiap perusahaan mempunyai “isu” masing-masing, seperti:

Rinso : isu kesempurnaan pencucian
So klin : isu kesempurnaan pencucian
Attack Clean Maximizer : isu kesempurnaan pencucian dan penghematan
Attack plus Softener : isu kemudahan dan penghematan
Daia : memanipulasi pikiran calon konsumen

Kesimpulan
Dari penelitian ini semua produk sabun cuci yang dijadikan sampel menggunakan gaya bahasa hiperbola sebagai slogan pada kemasan produknya. Gaya bahasa ini tidak hanya menjanjikan kesempurnaan hasil pencucian dengan produk masing-masing, tetapi juga menjanjikan kemudahan dan penghematan.

Penggunaan gaya bahasa hiperbola ini juga merupakan gaya bahasa yang tepat digunakan untuk calon konsumen Indonesia, khususnya gaya bahasa hiperbola yang menonjolkan kemudahan dan penghematan. Hal ini disebabkan oleh situasi sosial dan ekonomi masyarakat sedang tidak stabil, sehingga penonjolan nuansa kemudahan dan penghematan merupakan senjata yang sangat ampuh untuk menarik minat para calon konsumen.

Alasan perusahaan-perusahaan sabun cuci menggunakan gaya bahasa hiperbola sebagai slogan pada kemasan produk mereka adalah untuk menarik perhatian calon konsumen supaya mereka mau menggunakan atau setidak-tidaknya mencoba menggunakan produk sabun cuci yang diproduksi oleh perusahaan masing-masing. Hal ini bisa terjadi karena ungkapan-ungkapan pada slogan yang ditampilkan pada kemasan produk sabun cuci itu merupakan hal yang selama ini diimpikan oleh para pengguna sabun cuci, yaitu: hasil cucian yang bersih, wangi, lembut di tangan, melembutkan cucian, mudah, dan murah.

Saya rasa media iklan pada kemasan produk memang hal yang mendapatkan bagian paling serius dalam periklanan sabun cuci di Indonesia, karena sebagian besar perusahaan juga sering mengadakan undian berhadiah uang tunai atau barang mewah dengan salah satu persyaratan mengirimkan satu atau lebih dari satu (sesuai jumlah yang diminta perusahaan yang bersangkutan) kemasan sabun cuci dalam bentuk sachet dan kemudian diundi. Hal ini akan menyebabkan para konsumen berduyun-duyun membeli produk yang bersangkutan sebanyak-banyaknya. Karena ingin membeli banyak, tentunya konsumen akan membeli produk dengan kemasan sachet karena lebih murah harganya dan bisa dibeli dalam jumlah besar sekaligus.

Maka dari itu perusahaan-perusahaan sabun cuci mengoptimalkan promosi produk mereka melalui media kemasan produknya. Dalam kasus produk sabun cuci, ternyata hal yang paling ditonjolkan pada kemasannya adalah penggunaan gaya bahasa hiperbola yang telah disesuaikan dengan kebutuhan dan situasi sosial ekonomi calon konsumen yang akan menggunakan produk mereka.

Labels: , ,

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home


Yellowlightdistrict © 2007-2009 | Template by ilhamsaibi | Modified by nederindo